Rembug Rawat Sumber Mata Air Dalam Bingkai Pendampingan Yang Berkelanjutan

Irmawan Jauhari

Tulisan ini adalah hasil refleksi ketika melakukan rembugan (saya tidak menyebut diskusi mengingat bahasa diskusi terkesan formal dan kurang familiar) tanggal 30 Juni 2020 dengan para pemuda Desa Canggu lingkungan Pandan Kidul Ksediri yang tergabung dalam Kelompok Pemuda Gapuro Ijo. Pada dasarnya, ketika ngobrol-ngobrol di WA grup, saya kurang begitu mengetahui bagaimana persisnya Desa Canggu, selain di salah satu dusun Desa Canggu terdapat candi serta sungai bawah tanah yang kemudian belakangan keduanya ramai dikunjungi masyarakat sekitar Kediri. Selain itu pula, Canggu terkenal akan pembibitan ikan, mengingat pengairan yang cukup bags dan ini dikuatkan dengan beberapa sumber mata air yang terdapat di sana.

Dengan pemuda Pandan Kidul pun saya hanya mengenal beberapa saja, dan antusias mereka semalam hadir dimana terdapat lebih dari dua puluh muda mudi mengikuti rembugan, saya pun terkejut. Ini pemuda dan pemudi desa ingin menuliskan pengalaman merawat sumber mata air sekaligus memiliki cita-cita kedaulatan pangan. Apakah mereka salah baca buku?

Sebelum rembuga dimulai, saya mendapatkan gambaran keresahan para pemuda bahwa mereka ingin berpartisipasi dalam kegiatan rangkaian webinar KEMENDES yang dimulai tanggal 1 Juli 2020, mereka ingin merefleksikan pengalaman dalam merawat salah satu sumber mata air dimana selama tiga tahun terakhir, kegiatan tersebut dilakukan dan membuahkan hasil meningkatnya debit air dari sumber mata air tersebut.

Sumber mata air yang mereka rawat, pada mulanya penuh tumpukan sampah. Hal ini menandakan adanya budaya masyarakat setempat yang kurang baik dan memerlukan perubahan. Mengingat ketergantungan masyarakat Canggu kepada sumber mata air sangat besar. Satu sisi untuk perikanan, sisi lain sebagai pengairan sawah. Kalau sumber mata air tidak dijaga, tentu berdampak juga terhadap kualitas perikanan dan pertanian mereka. Moh. Zaenal Arifin, yang biasa disebut sebagai Mbah Sumber, karena fokus dan perhatiannya terhadap sumber mata air di Canggu sangat besar, dalam sebuah media menyatakan bahwa kegiatan menjaga dan merawat Sumber ini harus dibiasakan dan dilakukan oleh kita warga Pandan Kidul. Dan kenapa mengajak anak muda, karena mereka lebih mudah untuk diajari serta memiliki semangat yang tinggi.

Ketergantungan akan sumber dirasa betul oleh masyarakat Canggu, Azam menyatakan bila, Surowono mayoritas petani ikan, pada musim penghujan semua petani melakukan pembibitan. Tapi sayangnya ketika kemarau, bibit tersebut tidak laku. Untungnya ada inovasi industry pangan kecil di Pandan Kidul milik Bu Mif yang mengolah bibit ikan menjadi produk makanan dengan label  Nila crispy (Baby Nila).

Menariknya lagi, menurut salah satu anak gadis yang biasa dipanggil dengan Pitu, menyatakan bila, ada organisasi di Canggu yang mengurusi standart harga ikan dengan berbagai tujuan, organisasi itu bernama Mina Jaya. Dalam beberapa fase, harga ikan mujair bisa sampai pada harga paling tinggi, meski di fase lain harga turun sangat tajam dan tidak laku dijual. Alternatifnya bisa dibuat makanan seperti milik Bu Mif, namun untuk mendorongnya menjadi produksi besar, tentu dibutuhkan bantuan semua pihak. Termasuk pemerintahan desa Canggu sendiri.

Setelah mendengarkan cerita mereka dan menyaksikan sendiri geliat para pemuda Gapuro Ijo, saya merasa malu. Pertama, pada masa seusia mereka, tidak banyak kontribusi positif yang saya berikan kepada lingkungan. Kedua, kemauan mereka rembugan untuk menambah dan meningkatkan kualitas diri dan kelompok adalah sebuah upaya yang tidak semua anak muda dewasa ini memilikinya. Tetap ada pemuda-pemuda seperti itu, namun jumlahnya sangat sedikit. Mengingat dewasa ini pengaruh medsos dan glamournya bintang Korea sudah merasuk dalam kawasan paling dalam dari kedaulatan budaya kita.

Maka kemudian terjadilah rembugan dalam rangka mendorong mutu tulisan mereka dalam melakukan kegiatan merawat lingkungan. Saya hanya mengingatkan apabila call paper yang diselenggarakan oleh KEMENDES itu sedikit banyak harus menyertakan teori, pendapat, dan rujukan. Artinya, dalam rangka menguatkan pengalaman yang hendak ditulis, harus ada teori untuk melihat realita. Dialektika teori dan realita, serta diakhir tulisan tersebut ada rekomendasi yang bisa mereka sampaikan.

Dengan bahasa yang sederhana saya mencoba menyatakan bahwa tukang masak membutuhkan teori untuk masak. Jika sudah mahir, tentu teori itu tidak diperlukan lagi karena ia sudah menjadi sebuah kebiasaan dan sifatnya refleks. Demikian juga dengan menulis. Terkait keragaman teori yang muncul ketika mereka browsing, saya sampaikan bahwa soto itu macamnya ada Soto Branggahan, Soto Lamongan, Soto Makasar, Soto Madura, Soto Yasinan, dan Soto Mantenan. Pilih yang pas dengan kebutuhan pemuda Gapuro Ijo. Ketika mereka bingung lagi merangkai kata, saya sampaikan bahwa tulislah dahulu, nanti kita benahi sama-sama. Dan semua sepakat bahwa seminggu lagi ada tulisan dalam bentuk sederhana yang akan kita benahi sama-sama baik konten maupun teknisnya.

Gambar Rembug Mata Air Pemuda Gapuro Ijo Canggu Kediri di selingi dengan makan bersama

Dalam tulisan ini juga saya mencoba mengajak para akademisi dan kampusnya yang dekat di sekitar Badas untuk mari sama-sama melakukan Pengabdian sebagai salah satu pilar Tridarma PT, mari menabung riset untuk perkembangan keilmuan dan kemanfaatan ilmu itu sendiri. Dan mari melakukan sesuatu yang bisa jadi akan merubah tatanan sosial ke depan menjadi lebih baik. Dengan melakukannya bersama, ada bukti kepedulian kolektif, dan dengan melakukannya secara bersama, terwujud konsep tolong menolong dalam kebaikan.

Mereka sudah memahami realitasnya sendiri, memiliki bekal untuk berjuang, memiliki potensi yang bisa dikembangkan, dan relasi yang bisa digunakan untuk bersama-sama membangun Canggu. Dan sebagai akademisi, kontribusi kita minimal pemikiran dan gagasan, siapa tahu merupakan sebuah busur yang akan menghantarkan anak panah kepada sasarannya.

Semoga.

About admin

Check Also

Kecendekiawanan dalam Jurnal Bereputasi: Catatan Tadarus Litapdimas #TL9

Webinar Tadarus Litapdimas #9 kembali digelar. Kali ini Tadarus Litapdimas Seri ke-9 mengusung tema “Kecendekiawanan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *